All That the Nature Shows Me

This is all about what the nature teaches me, through people, nature itself or consciousness.

Ternyata Kau (Selalu) Ada di Sana

'Lagunya kok enak yah?' Heran aku mendengarkan lagu yang diputar di laptop(-kerja)ku melalui earphone ini. 'Oh, aku punya lagu ini ya?'

Setelah terbiasa menggunakan Winamp sebagai player musik aku terbiasa hanya memutar playlist atau lagu dari folder itu-itu saja. Seringkali merasa bosan dan meminta (baca: membajak) lagu-lagu dari teman-teman. Tapi tetap saja, aku lupa membuat playlistnya atau terlalu malas (dan lupa) untuk menambahkannya ke Winamp. Sampai suatu hari, seorang teman menyarankan menggunakan iTunes, alasannya sih sederhana: lebih mudah 'saling-bajak' lagu. Karena terlalu malas untuk mengotak-atik iTunes untuk mengelompokkan lagu dengan membuat playlist-playlist, terpaksalah aku mendengarkan semua lagu yang telah dengan otomatis iTunes deteksi.

Hal itu lah yang membuat momen pencerahanku muncul. Berhenti mengkotak-kotakan. Menerima untuk mendengar semuanya. Tak kusangka, koleksi laguku tak semiskin yang biasa kudengar. Hanya saja lagu-lagu yang indah ini dulu tak kumasukkan ke dalam playlist 'favorite', sehingga hanya dibiarkan terbaring tak berguna di space harddisk ku.

Ternyata kau (selalu) ada di sana, mengapa baru sekarang aku sadar...

Sampai Suatu Hari Nanti

Siapa dan apapun engkau nanti,
yakinlah mata ini jauh lebih tajam untuk mengingat daripada otakmu yang tertutup kepastian fana
Inginku sekali lagi saja mampu menenemani berputar di kenyataan yang abstrak
Tapi ah lebih kurindui akhir yang tanpa ujung
Kembali ke awal dan lepas
Bahagia untukmu
Namun ingatlah kau tak butuh bahagia pada akhirnya
Andai dapat kuucapkan 'Ku tunggu sampai suatu hari nanti'
Satu tak dapat saling menunggu, karena tak ada saling di dalam satu

Dunia yang Saling Mencurigai

Katakanlah aku tak cukup religius untuk disebut beragama. Bukan pula seorang yang cukup bijak untuk menjadi pluralis. Dan tentu saja tidak cukup berani untuk menjadi ateis. Bolehkah tidak memilih? Tapi keindahan kehidupan adalah adanya keragaman warna. Aku harus berwarna.

Akankah pelangi indah saat jingga berusaha menjadi satu-satunya warna di sana? Ah tidak, warna-warna seharusnya sadar mereka ada dari satu, dan indah karena keragamannya.

Warna, dunia manusia kini tak bisa menikmati keragaman. Percayalah mereka semua ingin kedamaian namun kecurigaan yang diwariskan turun temurun (entah dimulai sejak kapan) membuat mereka tak saling percaya.

Saat salah satu mencurigai yang lain, yang lain itu pun mencurigainya. Tak bisakah kecurigaan ini diselesaikan. Cukup. Damai. Itu saja.

Warna, aku tahu kehadiranmu adalah berkah. Dan keindahan warna-warni akan menuntaskan saling-curiga ini. Saat semua tersadar.

Mari berwarna dan saling melengkapi.

(Juni 2009, di kereta menuju Bandung ditemani warna-warni alam di pagi yang cerah)

Seks, Cinta dan Kasih

'Aku mencintaimu. Aku tak bisa hidup tanpamu..' Kata-kata tersebut sepertinya sudah berulang kali mampir di telinga kita atau mungkin pernah tercetus di pikiran kita saat merasakan perasaan-aneh-yg-sulit-didefinisikan (kau tahu makhluk aneh yg dimaksud). Namun apakah kita tidak bisa hidup tanpa orang yang kita cinta?

Seorang guru dalam kesunyian makna dan kesederhanaan kata-kata suatu hari mengingatkan kembali ttg perbedaan seks, cinta dan kasih.

Seks adalah saat dirimu dikuasai oleh proses alami biologis tubuhmu untuk mempertahankan keberadaanmu dan spesiesmu. Reproduksi, pemaksaan kehendak diri, penguasaan lawan jenis. Entah mengapa sang guru menganggap rengekan seorang wanita untuk selalu minta dijemput pasangannya, ia kategorikan seks.

Cinta. Perasaan memiliki dan ingin dimiliki. Kata kuncinya adalah 'saling'. Saling menyukai. Saling menghargai. Saling membutuhkan. Dan kau tidak perlu lagi memiliki alasan yang logis mengapa dia yang kau pilih. Cinta itu buta, kalau tidak buta ia bukanlah cinta. Namun, cinta ini adalah sekumpulan emosi yang tidak bersifat abadi. Butuh kesungguhan dalam menjaganya. Ia sangat hebat. Ia mampu membuatmu menjadi manusia super dalam satu malam, begitupun dengan mudahnya ia membuatmu tak berarti sedikitpun.

Kasih adalah sebuah proses inisiatif dan murni. Tak perlu menunggu di- untuk mengasihi. Tak perlu menunggu dimiliki untuk mengasihi. Tak ada pengharapan untuk dibalas kasihnya. Sesungguhnya kasih adalah untuk kebahagiaan dirimu sendiri...

Sebagai manusia yang hidup (memiliki jiwa dan raga) tentunya kita memerlukan ketiganya. Bisakah hidup tanpa seks? Tentu saja bisa, namun saya tidak ingin menjadi salah satu dari orang hebat yang mampu menahan diri (he he he). Dan juga saya ingin turut berjasa dalam melestarikan spesies kita (alesan!!). Bisakah hidup tanpa cinta? Tentu bisa, namun akan sangat suliiiiiiiiiit. Bisakah hidup tanpa kasih? Sepertinya tidak, sebab Tuhanpun menciptakan kita karena kasih-Nya. Kalaupun bisa itu pasti sangat suuuuuullllliiiiiiiiiit.

About me

Foto Saya
Cie
- writes everything coming to her mind - loves sleeping - wants to own a library - hates routine - loves the pleasure of discovery
Lihat profil lengkapku

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

People Read the Blog

Visitor

hit counter