All That the Nature Shows Me

This is all about what the nature teaches me, through people, nature itself or consciousness.

Ke-MANUSIA-an?

Kemanusiaan atau humaniora menurut dewa ilmu pengetahuan wikipedia yang juga merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya.

Nah, apa pula berbudaya? Kata dewa wiki lagi: Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Lalu, lalu, lalu? Lalu semua definisi itu memuakkan! Saya yang dengan sombongnya ingin hidup demi kemanusian, ingin meninggalkan pekerjaan 9 ke 5 yang membosankan. Hanya saya lupa, bahwa kemanusiaan melibatkan manusia di dalamnya. Apakah saya ingin hidup untuk manusia lainnya? Bukankah kesadaran menuntun kita untuk hidup melayani manusia lainnya? Lalu mengapa pula saya masih 'membenci' sebagian manusia?

Lupakan membuat manusia menjadi manusiawi. Lupakan manusia yang berbudaya. Apa pula itu akal dan budi, jika saya masih belum bisa menerima keberadaan manusia yang tidak sesuai dengan yang saya harapkan.

Bolehkah membenci pembunuh orang tak bersalah (di mata hukum)? Tidak, karena berarti saya sama saja jahat jika saya membenci sekalipun itu pembunuh. Tapi jika saya tidak membenci pembunuh, keluarga yang menjadi korban akan sakit hati, dan mengatakan saya tidak punya perasaan kemanusiaan. Nah loh?

Apakah memang kesadaran dan penerimaan hanya mampu mewujud di wilayah ide? Pada perbuatan dan perkataan serta semua pe-an yang membuat kita manusia, kita harus selalu memilih satu sisi. Sisi yang batas tengahnya adalah akal budi versi manusia-manusia sekitar kita.

Jangan terlalu sedih karena kita ada di sisi yang tidak disukai, karena hey mungkin di dalam hatimu dan di dalam akalmu ide kemanusiaanlah yang sebenarnya hidup.

Kita manusia lahir.

Ada karena memilih.

(Feb'11)

Khomeini - Untuk Bangsa yang Tertindas

Acara pemutaran film dokumenter perjuangan Imam Khomeini di Usmar Ismail Hall tanggal 12 Pebruari 2011 ini cukup menarik perhatian saya. Meskipun tak tahu banyak soal Iran dan revolusi Islamnya, saya cukup tertarik dengan Iran karena sikapnya yang berani terhadap dunia barat serta kemajuan ilmu pengetahuannya. Berangkatlah saya dengan rasa penasaran yang membuncah untuk mengetahui perjalan tokoh di balik revolusi yang mencengangkan itu.

Tidak Barat Tidak Timur namun Kerakyatan Islam

Berbeda dengan tokoh-tokoh revolusi saat itu, beliau tidak mengusung salahsatu paham yang biasanya digunakan para revolusioner. Sebagai seorang ulama, para pakar politik dari negara lain banyak mempertanyakan landasan gerakannya. Slogan dari pergerakannya adalah: Tidak timur tidak barat tapi kerakyatan Islam.


Tugas Keagamaanku Menulis dan Berdakwah

Beliau sempat menyatakan bahwa ibadah sholat jumat adalah ibadah politis sehingga dakwah jumat seharusnya adalah dakwah politik. Dan Islam tidak bisa dipisahkan dari urusan politik. Karena Islam selain mengatur hubungan Allah dan manusia, ia juga mengatur hubungan antarmanusia. Serta menjelaskan bahwa mesjid seharusnya menjadi tempat menyelesaikan permasalahan umat.

Karena tindakan-tindakan beliau yang meresahkan rezim saat itu, beliau diasingkan di dalam negeri Iran sendiri serta luar negeri. Negara pertama yang menjadi pengsingan luar negerinya adalah Turki, lalu Irak dan terakhir Perancis. Di Turki dan Irak pada mulanya beliau bisa berdakwah dan berkorespondensi dengan anaknya di Iran untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Namun selalu saja pada akhirnya ia mendapat pencekalan dengan berbagai cara. Sebab rupanya meskipun berada di pengasingan, beliau tetap mampu menyemangati perjuangan rakyat Iran bahkan memimpinnya.

Suatu saat di Irak, beliau dilarang berdakwah dan juga menulis tetapi beliau menolaknya dan mengatakan, "Tugas keagamaanku adalah menulis dan berdakwah...". Lalu tak lama beliau pindah ke Paris dan diancam tidak akan pernah diterima di negata Irak lagi.

Toleransi Keagamaan

Di Paris, beliau seperti di tempat pengungsian sebelumnya, mendapat banyak kunjungan sperti kalangan ulama dan pelajar. Kali ini wartawan Amerika pun termasuk di dalamnya. Dukungan dari warga Iran yang tinggal di Paris juga turut serta membuat beliau semakin bersemangat dengan perjuangannya.

Hal menarik selama beliau tinggal di Parissalah satunya adalah ketika malam Natal beliau menyurh anaknya membagikan kue untuk para tetangga mereka di sana. Kejadian ini cukup menarik media internasional dan perjuangan beliaupun semakin tersoroti.

Keberanian beliau mempertahankan kekayaan rakyat serta mengembalikan hak rakyat yang dirampas asing maupun segelintir orang dari bangsanya yang berkhianat dan penjilat asing semestinya menjadi pelecut semangat kita, sebagai orang muda untuk juga membebaskan bangsa ini dari penjajahan modern yang bersembunyi dibalik indahnya kata demokrasi, HAM dan modernisasi yang hanya sekedar kata tidak menyata, tidak benar-benar merakyat, melindungi hak maupun pemajuan di segala bidang. Bukan?

Hmmm.. Mulai dari mana?

(Feb'11, saya ga ngerti politik, ga ngerti revolusi..cuma pengen bangsa kita maju)

Pejuang Tuhan(?)

Seorang guru yang selalu saya hormati suatu hari pernah menceritakan kisah Ali bin Abi Thalib r.a. di medan perang. Maafkan kelemahan saya dalam menghapal detail, saya lupa pertempuran apa yang dimaksud serta redaksi aslinya. Pada saat itu, Imam Ali berduel dengan seorang lawan dan pada saat lawannya terdesak dan hanya tinggal setebas pedang maka Imam Ali dapat menjatuhakan lawan, sang lawan meludahi Imam Ali. Apa yang dilakukan beliau? Meskipun saat itu beliau ada di posisi bisa "menghabisi" lawan, beliau justru berbalik dan tidak meneruskan. Dan menjelaskan bahwa sedari awal beliau berperang demi Islam, tapi pada saat lawannya meludahi, beliau khawatir jika beliau membunuhnya karena nafsu amarah.

Lalu mengapa di saat tidak ada perang dan masih banyak jalan damai untuk menemukan solusi atas perbedaan pendapat, kita masih membunuh? Bahkan membantai. Apakah benar membunuh demi agama atau hanya amarah yang tak jelas ujung pangkalnya? Jika jelas ujung pangkalnya, apakah hanya bisa lewat membunuh? Apakah mereka yang membunuh itu benar-benar sadar apa yang dilakukan atau hanya jadi algojo buta yang digerakkan para dalang berkepentingan?

Semoga kita bisa sadar untuk tidak diprovokasi. Semoga para pengambil kesempatan tidak memperburuk keadaan. Semoga para dalang..ah Tuhan, aku bingung mesti berdoa apa untuk mereka.

Tuhan, tolong sadarkan kawan-kawan kami yang semakin buta dan mudah terpancing, karena merekapun mungkin sama seperti kami. Hanya pion. Tuhan, tolong kuatkan kawan-kawan kami yang sedang ditekan, karena merekapun mungkin sama seperti kami. Hanya alat. Tuhan, tolong eratkan kerukunan kami. Kami yang memanggilmu baik dengan nama yang sama maupun dengan nama yang berbeda.


gema kebesaran nama tuhan mewarnai langit yang memerah, yang kelak mewarnai tanah dengan merah pula...

citra kekuatan tuhan menjelma bagai karang bagi mereka yang bertahan, bagi mereka yang tertekan...

tuhan yang sama
sisi yang (dibuat) berbeda

padahal tuhan, ada pada semua

(Feb'11. Tuhan, aku memang makhluk yang banyak meminta. Maaf.)

About me

Foto Saya
Cie
- writes everything coming to her mind - loves sleeping - wants to own a library - hates routine - loves the pleasure of discovery
Lihat profil lengkapku

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

People Read the Blog

Visitor

hit counter