Dalam hidup bermasyarakat sering kali kita terpaksa harus membaur dan menjaga keharmonisan, untuk itu kita perlu mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadi. Mengalah bahkan untuk hal remeh-temeh yang dengan ajaibnya membantu mempertahankan kebersamaan dengan orang di sekitar.
Namun ada waktunya kita merasa lelah dan ingin kembali ke 'rumah'. Bukan bangunan yang bisa dibanggakan karena menunjukkan kemewahan namun kenyamaan merasa diterima. Rumah yang bisa berupa orang atau tempat di mana kita bebas menjadi diri sendiri. Saat rumah itu tidak ada, kita pun membuat garis. Ruang yang kita jadikan rumah.
Namun dalam dunia yang semakin tidak jelas ini, sepertinya membuat ruang kita untuk menyendiri, untuk menjadi tuan di ruang sendiri, untuk menjadi diri sendiri semakin susah. Sehingga dengan mudah kita mengumbar privasi, ke jaringan sosial misalnya. Untuk apa? Mengusir sepi? Mencari rumah?
Bisa jadi. Saat memang tak ada tempat untuk bergerak di ruang sendiri, saat tak ada tempat untuk melepas topeng, mungkin itulah saatnya topeng itu semakin melekat di wajah kita dan kita berlari tak karuan ke muka umum mengumbar kelebihan semu karena tersesat dan tak tahu harus berbuat apa. 'Rumah' kita sudah hilang!
(Jul'11)
2 komentar:
pemikiran yang menarik :)
tapi, saya percya rumah kita belum benar-benar hilang...
terima kasih..
iya, terserah percaya nya aja.. :D tidak ada paksaan
Posting Komentar