Katakanlah aku tak cukup religius untuk disebut beragama. Bukan pula seorang yang cukup bijak untuk menjadi pluralis. Dan tentu saja tidak cukup berani untuk menjadi ateis. Bolehkah tidak memilih? Tapi keindahan kehidupan adalah adanya keragaman warna. Aku harus berwarna.
Akankah pelangi indah saat jingga berusaha menjadi satu-satunya warna di sana? Ah tidak, warna-warna seharusnya sadar mereka ada dari satu, dan indah karena keragamannya.
Warna, dunia manusia kini tak bisa menikmati keragaman. Percayalah mereka semua ingin kedamaian namun kecurigaan yang diwariskan turun temurun (entah dimulai sejak kapan) membuat mereka tak saling percaya.
Saat salah satu mencurigai yang lain, yang lain itu pun mencurigainya. Tak bisakah kecurigaan ini diselesaikan. Cukup. Damai. Itu saja.
Warna, aku tahu kehadiranmu adalah berkah. Dan keindahan warna-warni akan menuntaskan saling-curiga ini. Saat semua tersadar.
Mari berwarna dan saling melengkapi.
(Juni 2009, di kereta menuju Bandung ditemani warna-warni alam di pagi yang cerah)
Dunia yang Saling Mencurigai
Ditulis
Cie
at
Rabu, 17 Juni 2009
Label: cinta
0 komentar:
Posting Komentar