"Diam Nak. Ibu sedang sibuk," ujarnya. Baru saja sebuah alat turun dari langit. Kalkulator pahala.
Jemari dekilnya menari, menekan tuts. Semua kebaikan tinggal di-input-kan, lalu pahalanya akan dihitungkan. Oh, kalkulator mahacanggih bisa melakukan pemangkatan 7777 kali untuk pangkat 7, wah bahkan lebih. Marni saja kewalahan melihat pahalanya. Apalagi kiai bersorban dan berbaju kurung.
"Emang kenapa dengan sorban dan baju kurung?"
"Berarti soleh."
"Abu Jahal pake baju kurung, gimana?"
Ah, sudah-sudah. Pahala Marni 125 digit!!! Baiklah, cukup untuk 2x3 meter di surga. Tak apalah dipinggir sungai, biar bisa sering-sering minum anggur dan susu. Mana bisa di dunia ia beli minuman macam itu. Air putih saja susah.
"Pak, beli Pak. Kalkulator pahala. Turun dari langit sehabis sembahyang tadi."
"Hmmm... Berapa harganya?"
"50 ribu Pak. Saya sudah selesai pakainya."
Marni tersenyum.
Giliran bapak kaya menghitung pahalanya pada kalkulator yang baru ia beli. 750 digit!!! Lumayan, villa di bukit di surga. Uang yang ia pakai untuk jalan-jalan ke mekah, memotong kurban, dan kasih tajil menyumbang cukup banyak pahala.
Ah, aku perlu uang lebih banyak untuk menambah pahala.
Bapak kaya tersenyum.
Handphonenya berdering.
"Halo"
"Halo Pak Gayus"
(Des'10, tulisan lama ga ke backup, jadi tulisan baru deh)
image from: http://school.discoveryeducation.com/clipart/clip/calcltr.html
Kalkulator Pahala
Ditulis
Cie
at
Minggu, 05 Desember 2010
1 komentar:
Suka caramu menutup tulisan ini "Halo Pak Gayus"
Posting Komentar