All That the Nature Shows Me

This is all about what the nature teaches me, through people, nature itself or consciousness.

Jangan Mau Hidup Susah

"Nu penting mah, pas butuh aya (yang penting saat butuh ada)" mantra Alm. Kakek.

Salah satu guyonan yang membuat saya sempat termenung adalah "ah kayak orang susah ajah!" Otak saya lalu kehilangan kendali. Berawal dari munculnya satu ide, lalu beberapa ide bermunculan yang kadang berurutan kadang bersamaan. Yang lalu bagai ada beberapa ledakan kecil di otakku. Apa itu orang susah ya?

Duit.

Semua orang perlu duit? Betul. Mungkin bukan kertas atau koinnya, tapi nilai tukar yang dipegang duit itu. Lalu, apakah saya orang susah? Pendapatan saya hanya dari gaji, tidak ada lagi "tunjangan mami papi". Dan karena hanya sekian digit, tentu orang pajak pun tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi penagihan pajak saya jika saya tidak bayar pajak.

Penjahatpun tidak akan tergiur untuk merampas harta (materi) saya. Tak ada yang bs drampas juga. Jadi tidur bisa tenang.

Belum lagi peluang mendapatkan teman-teman palsu (yang ada di saat kita banyak duit dan pergi saat tidak punya apa-apa lagi). Orang yang berteman dengan saya tentu tidak mengharapkan bersenang-senang dengan menghabiskan uang. Peluang sakit hati dikhianati temanpun berkurang.


Kampung.

Saya heran kenapa kalau orang -orang di Jakarta ini ngaku orang kota. Toh penduduk asli Jakarta kan Betawi. Mereka semua pendatang. Dan datang dari kampung. Lantas mengapa masih suka melabeli 'kampungan' dengan maksud menghina dan merendahkan?

Ah, beruntung kalau saya memang sadar orang kampung. Jadi kalaupun dibilang kampungan, ya memang begitu adanya. Oh beruntungnya saya bukan orang kota, jadi tidak perlu susah-susah mengklarifikasi bahwa saya tidak kampungan jika ada yang berkata seperti itu.

Kendaraan.

Supir saya banyak. Mulai dari yang bawa sedan sampe bus gede. Tinggal tunjuk, tinggal pilih. Terima kasih untuk pemerintah. Itulah namanya kendaraan umum.

Saya tidak usah pusing-pusing cari joki kalo lagi 3 in 1. Tidak pusing memikirkan perawatan kendaraan. Tidak perlu cari kosan yang ada tempat parkirnya (yang pastinya lebih mahal). Bisa tidur di jalan kalau kecapekan. Ga perlu berurusan dengan gaji dan ulah supir.


Penampilan.

Sebagai perempuan sayapun ingin tampil menarik. Tetapi saya tidak mengerti dan kadang tidak peduli fashion. Tidak tahu gaya yang sedang in. Tidak tahu merek-merek baju, asesoris atau kosmetik.

Tapi beruntungnya teman-teman sayapun menyenangkan untuk hal yang satu ini. Saya tidak perlu bingung bagaimana untuk berpenampilan jika jalan dengan mereka (kecuali jalan dengan Aa yang kadang bikin lemari berantakan karena fitting ga jelas). Tapi ah kok ribet banget kalo harus ikut-ikutan trend biar terlihat gaul atau gaya. Lagipula resiko disiutin dan digangguin di jalan juga berkurang.


Begitulah semua serba gampang, tapi kenapa justru semua orang pengen hidup susah (termasuk saya)?

(Feb'10, parah perlu empat hari buat nulis. Susah juga)





posted on Wednesday, 17 Feb 10 on My Facebook
picture from gettyimages.com

About me

Foto Saya
Cie
- writes everything coming to her mind - loves sleeping - wants to own a library - hates routine - loves the pleasure of discovery
Lihat profil lengkapku

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

People Read the Blog

Visitor

hit counter