All That the Nature Shows Me

This is all about what the nature teaches me, through people, nature itself or consciousness.

Sebuah Diskusi tentang G 30 S (1)

2/3 Simbolisasi 1/3 Diskusi

Acara yang digelar di Perpus Nasional itu memang merupakan peluncuran dan diskusi, namun sayang oh sayang banyak waktu dipakai untuk foto-foto, simbolisasi anu dan itu, pengantar a b c. Sehingga waktu diskusi sangat sebentar, dan dalam 'sebentar' pun tak banyak yang bersuara untuk berdiskusi, melainkan opini satu-satu. Satu arah. Masing-masing. Itulah mengapa saya menganggap diskusi tadi malam itu menyedihkan. Kembali mengenai masalah pengantar, saya jadi curiga bagaimana kerasnya kerjaan sang editor buku ( G30s 1965, Perang Dingin dan Kehancuran Nasionalisme) ya? Tapi seperti Pak Ben Anderson bilang bahwa 'ceramah' Pak Tan sebagai penulis berbeda dengan cara beliau menulis, Alhamdulillah, maka belilah!


Diskusi yang berlangsung kurang lebih sepertiga terakhir jatah waktu sewa gedung itu diisi oleh Bennedict Anderson (Professor Emiritus Universitas Cornell) dan Hilmar Farid (Peneliti Institut Sejarah Sosial Indonesia) sebagai pembicara dan JJ Rizal (Sejarawan Komunitas Bambu) sebagai moderator. Saya suka gaya moderator berbicara: pintar, tajam dan blak-blakan serta usahanya mengarahkan diskusi agar tidak meleber. Begitupula para pembicaranya, tentu saja. Pak Ben menjelaskan sedikit bagaimana beliau menganjurkan Pak Tan untuk menulis Buku, serta membeberkan beberapa fakta yang bagi seorang pembenci sejarah saat SD, cukup membuka mata. Seperti fakta bahwa 90% (atau 70%) penjabat Hindia Belanda pada tahun tertentu (ya, saya penghapal yang payah) adalah pribumi. Sedangkan dari generasi muda, Hilmar Farid dengan lantang, lugas, kritis dan cerdas memberi pandangan mengapa buku ini perlu di baca. Darah Tiong Hoa sang penulis, juga diangkat oleh Pak Hilmar. Ia menjelaskan bahwa istilah 'orang asli' dan 'bukan asli' di Indonesia adalah bias. Semua orang Indonesia adalah pendatang dari utara dan penduduk asli justru semakin ke Timur. Maka pertanyaannya adalah "Asli sejak tahun berapa?"

Ada 6 orang dari audiens yang bertanya atau memberikan pendapatnya. Dari keenam orang tersebut, hanya dua orang yang benar-benar bertanya (dan keduanya jauh lebih muda dari 4 pemberi statement). Dari dua yang bertanya, hanya satu pertanyaan yang menarik perhatian saya. Karena satu pertanyaan lainnya ditanyakan penyanya yang mungkin datang telat sehingga menanyakan kelebihan buku ini dibanding buku 30S lainnya yang sebenarnya sudah dijelaskan oleh dua pembicara di awal.

Kehancuran Nasionalisme

Pertanyaan menarik tersebut diajukan oleh seorang laki-laki muda yang namanya saya lupa berkaitan dengan judul bukunya: kehancuran Nasionalisme. Cukup menarik, karena jika hanya terus menerus membahas penyiksaan, tipu muslihat dan kebusukan lain pada 30S kita mungkin hanya akan berputar-putar tak jelas. Dia bertanya, sejak kapan sebenarnya Indonesia sebagai 'nation' terbentuk? Sejak kapan ide nasionalisme Indonesia benar-benar muncul? Apakah orang-orang berkumpul lalu ide nasionalisme muncul atau sebaliknya?

Ini ada pertanyaan yang sering mengganggu saya dan juga pernah menjadi diskusi saya dan teman.

(bersambung)

0 komentar:

About me

Foto Saya
Cie
- writes everything coming to her mind - loves sleeping - wants to own a library - hates routine - loves the pleasure of discovery
Lihat profil lengkapku

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

People Read the Blog

Visitor

hit counter