All That the Nature Shows Me

This is all about what the nature teaches me, through people, nature itself or consciousness.

Kereta Pagi

Saya rindu. Rindu bangun subuh tanpa mandi naik bajaj atau ojek, mengejar kereta pagi. Rindu menahan kantuk di peron dan menghirup wangi subuh serta kecongkakan monumen keperkasaan pria dikelilingi gembel yang masih terlelap. Rindu berjaket karena memilih kereta yang berpendingin. Saya suka orang berjaket, sayangnya di negara tropis butuh pengorbanan besar untuk berjaket.

Say rindu. Rindu membaca dua tiga lembar halaman dari buku yang saya bawa. Buku yang memang tidak saya niatkan untuk dibaca sampai habis. Buku yang saya gunakan sebagai pelindung dari kawan baru kenal yang terlalu banyak mengoceh yang sialnya duduk di samping saya. Sehingga jika itu hari baik, buku yang saya bawa tidak perlu bekerja banyak. Yah, macam bodyguard sajalah, hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa jika yang dijaganya tidak terancam.

Saya rindu. Rindu menjadi pengamat yang bebas. Bebas karena di dalam perjalanan, berdiam mematung, merenung atau yang orang bilang melamun, adalah hal yang bisa diterima. Saya bebas berdiam. Saya bebas memandangi panorama yang dilukis cepat...secepat kereta ini melaju.

Saya rindu. Rindu saat terlelap dan kemudian terjaga karena dibangunkan 'pacman' (meminjam istilah teman) yang meminta bukti bahwa saya penumpang terang bukan penumpang gelap. Bukan penumpang yang akan memberinya selembar uang biru atau dua lembar uang hijau yang akan ia masukkan ke kantong sendiri.

Saya rindu. Rindu melihat hijau, cokelat, merah, kuning pemandangan alam. Sawah yang hijau menguning. Tanah yang basah sehabis hujan. Ah meskipun jendela tak terbuka saya bisa mencium bau tanah. Lalu gunung yang menggundul. Alat-alat berat yang mengeruk tanah. Hei, dibawa ke mana tanah itu? Tapi ibu gunung bilang, entahlah kami terbiasa diperkosa lalu anak kami dibawa entah ke mana, lalu kami akan mati dan manusia yang lain mati karena kami tak bisa menjaga mereka. Siapa yang mati, Bu? Para pengeruk? Tentu saja bukan, mereka kan tinggal di kota, yang mati ya yang tinggal di sini dan cuma bisa menontoni kami dibunuh perlahan.

Saya rindu. Rindu melihat hujan rintik dari luar. Membasahi tanpa pililh-pilih. Membasahi sawah, sungai, jembatan, CR-V yang lewat di jalan tol itu, oh juga sedan tuanya, Kijang kotak bahkan Alphard. Sama basahnya. Hujan tidak pilih kasih.

Saya rindu. Rindu berdebar-bedar saat hampir tiba di stasiun. Berdebar-debar karena dari situ saya dijemput seseorang. Seseorang yang sedang pula melakukan perjalanan. Hanya saja, dia bersedia sebentar menanti saya. Lalu bersama-sama kita melanjutkan perjalanan.

Perjalanan yang akan juga diwarnai pembantai, pemberi rizki, pengganggu, penghibur, penyelamat. Perjalanan yang saya rindui untuk dimulai.

(Okt'10, kangen pergi..kangen pulang)

Gambar dari: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSucBUrSelgJEzzjNnMnHaQZ1-x9iJeBkny_nY1M5hLNm5TgWBhY3sK9o7OZImO42gznKj9HzJAuAebhdPVBDbJckIlRmstt5s65BqeOGINFgVLXS5lgevwu2reIxgjBZXKUqVej1n6TQ/s1600/kereta+api.jpg dari blog: http://senowidi.blogspot.com

0 komentar:

About me

Foto Saya
Cie
- writes everything coming to her mind - loves sleeping - wants to own a library - hates routine - loves the pleasure of discovery
Lihat profil lengkapku

Subscribe via Email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

People Read the Blog

Visitor

hit counter